Di halaman sekolah yang sederhana namun penuh kenangan, aroma nasi tumpeng menyeruak, menyatu dengan semangat kemerdekaan. Para guru dan pegawai tata usaha SMKN 1 Sumenep berkumpul, bukan sekadar untuk menikmati hidangan, melainkan merajut kembali ikatan kekeluargaan yang selalu hadir setiap tanggal 17 Agustus. Senyum dan tawa terdengar riuh, seolah menghapus penat hari-hari panjang mengabdi.
Saya memandang sekeliling, hati terasa hangat. Setiap potong nasi yang dibagikan, setiap senda gurau yang terucap, menjadi tanda bahwa kami bukan hanya sekadar rekan kerja, tetapi sebuah keluarga yang saling menopang. Kebersamaan ini membuat saya sadar, bahwa perjuangan para pahlawan tidak hanya diwariskan lewat cerita sejarah, tetapi juga lewat ikatan persaudaraan yang terus dirawat dalam keseharian.
Saat pernah pernik hiasan di atas tumpeng bermunculan, saya merasakan getar haru yang sulit dijelaskan. Di balik kesederhanaan, ada kekompakan yang begitu tulus. Dan di sanalah saya belajar: kemerdekaan sejati bukan hanya tentang bebas dari penjajahan, melainkan tentang mampu menjaga hati agar tetap bersatu, meski berbeda. Tumpengan ini bukan sekadar tradisi, melainkan bagian dari doa yang hidup dalam kebersamaan kami.